23 January 2009

BARACK OBAMA, RAMBUTAN, DAN INDONESIA


Tanggal 20 Januari kemarin Barack Hussein Obama telah dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ke-44, yang dengan demikian telah membuat George W. Bush ”pulang kampung” ke Texas. Acara Inaugurasi yang diadakan di Capitol Hill itu setidaknya dihadiri oleh dua juta rakyat Amerika dari segala penjuru negara. Nominal yang sangat fantastis, mengingat Obama adalah orang Afro-Amerika pertama yang menjadi orang paling beken di negara perserikatan tersebut (saya tidak mampu membayangkan bila Chris Tucker mencalonkan diri menjadi presiden). Acara tersebut berlangsung sangat meriah dan menghabiskan dana yang cukup wah, ada yang bilang bahwa dana yang dibutuhkan hampir 1,5 kali lipat dari dana yang dikucurkan ketika Bush disumpah menjadi presiden. Selain itu, setiap detil acara ini disiarkan langsung ke seluruh dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Seperti yang kita semua tahu (tapi mungkin mayoritas warga Amerika belum tahu) Obama pernah ”mampir” ke Indonesia pada tahun 1967, dan tinggal disini selama 3,5 tahun. Yah, bisa dibilang Obama menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jakarta. Obama pindah ke Indonesia setelah ibunya, Ann Dunham bercerai dengan Barack Obama Sr., yang kemudian si ibu menikah lagi dengan orang Indonesia bernama Lolo Soetoro. Keduanya bertemu ketika sedang berkuliah di Hawaii. Dari perkawinan ini, Ann Dunham mempunyai seorang anak bernama Maya Soetoro, yang sekarang telah menikah dengan seorang pria keturunan Cina.

Di Jakarta, Obama kecil bersekolah di SD Franciscus Assisi dan SD Menteng 01. Di SD Menteng 01 inilah Obama berbaur dengan teman-teman Indonesianya. Mengenal seluk beluk kehidupan Djakarta tempoe doeloe, serta tumbuh menjadi anak yang (kata teman-temannya) sangat aktif. Obama pernah bilang bahwa dia dulu merupakan Jakarta’s Street Kid, anak jalanan. Mengejar ayam kampung, bermain bersama kerbau, menonton wayang kulit, tukar menukar cerita hantu, hingga jajan permen di kakilima pun sudah pernah dirasakan oleh pria bersuara bariton ini. Bisa dikatakan, Obama memiliki masa kecil yang indah, meskipun singkat, di Indonesia. Dalam pembicaraan via telepon dengan Presiden SBY, Obama mengungkapkan kerinduannya terhadap Indonesia, terutama kepada rambutan dan nasi goreng (?). Obama bahkan menulis 10 halaman essay mengenai kehidupannya di Indonesia dalam buku karanganya, The Audacity of Hope : Thoughts on Reclaiming The American Dream (di Indonesia diterbitkan dengan judul Menerjang Harapan : Dari Jakarta Menuju Gedung Putih). Dia menulis kisah masa lalunya di Jakarta, pengalamannya tinggal di Bali, serta isu-isu domestik yang terjadi kala itu pun tak luput dari perhatiannya. Obama juga mengungkapkan perhatiannya terhadap kasus bom Bali, ternyata, tempat tinggalnya dahulu dekat dengan lokasi kejadian ledakan bom tersebut.

Apakah semua itu dapat menunjukan bahwa Obama mempunyai perhatian lebih kepada Indonesia? Apakah semua itu yang membuat kita semua gembar gembor ketika ada berita ”Seorang Amerika yang pernah bersekolah di Indonesia terpilih menjadi presiden di negara paling berpengaruh di dunia”? Saya pikir, kita tidak seharusnya terlalu berharap banyak bahwa akan ada perubahan positif yang cukup signifikan yang berasal dari kebijakan luar negeri pemerintahan Obama. Sebagai presiden AS, tentunya Obama dituntut lebih concern terhadap kasus-kasus dalam negeri. Meskipun dia mengatakan juga akan menyelesaikan permasalahan internasional yang hingga kini belum juga selesai, seperti konflik Timur Tengah dan kepemilikan nuklir di beberapa negara, bukan berarti dia juga akan memberi perhatian khusus kepada negara tertentu. Bila mungkin Obama memang bertujuan baik demi negara lain, atau khususnya Indonesia, apakah mungkin petinggi-petinggi kongres lain berpikiran sama? Dalam susunan kabinet, tidak mungkin ada 150 orang Obama duduk dalam rapat. Semua tentu juga mempunyai visi sendiri. Saya yakin Obama pasti memiliki keinginan untuk membantu Indonesia, atau paling tidak mengunjungi Indonesia. Dan apabila suatu saat akan ada kesempatan baginya untuk mengunjungi Indonesia, tentunya akan jado moment yang spesial bagi negara kita, dan tentunya untuk Obama sendiri. Saya membaca harian Kompas pagi ini, ada artikel yang membahas tentang percakapan singkat antara Obama dengan salah satu anggota Departemen Luar Negeri AS, yang sering bertugas di Indonesia. Lucunya, percakapan singkat itu dilakukan dengan bahasa Indonesia!

”Selamat siang”.

Obama pun membalas dengan mantap, ”Terima kasih, apa kabar?”

”Baik-baik”.

Sambil tersenyum, Obama memuji orang tersebut dan mengatakan bahwa dia mempunyai aksen Indonesia yang sangat baik. Bukankah itu berarti Obama masih ingat bahasa Indonesia? Bisa jadi, karena sepeninggal Obama dari Indonesia, sang ibu membawa serta Maya Soetoro ke Amerika. Mungkin saja komunikasi mereka tetap lancar. Obama bahkan mengajak beberapa saudara-saudara dari Maya untuk ikut menghadiri acara inaugurasinya di Washington kemarin.

Saya secara pribadi juga berharap bahwa terpilihnya Obama dapat membawa efek positif bagi negara kita. Obama berjanji akan membuka ruang bagi negara-negara berkembang untuk berinteraksi dengan Amerika, dan juga akan membangun kembali citra baik AS di mata negara-negara muslim. Tentunya hal semacam ini lah yang dapat membangun perdamaian dunia, sebuah persatuan global yang telah lama diimpikan setiap orang. Kita sebagai warga negara yang baik tentunya harus ikut berpartisipasi, yaitu dengan cara menjaga ketentraman negara, baik secara eksternal maupun internal.

Yah, saya berdoa untuk kedamaian dunia. Semoga terpilihnya Obama dapat menjadi awal yang baik bagi semua.

Selamat bekerja, Street Kid!


No comments: